Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengatakan, sejauh ini di internalnya nama Anies Baswedan dan Ketua Umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terus mengemuka untuk bisa maju di Pemilu 2024.
Menurut dia, ini adalah aspirasi dari kader, konstituen, dan masyarakat dari berbagai pelosok negeri.
Baca Juga
"Soalnya, kita ini sedang membentuk koalisi perubahan. Capres dan cawapresnya harus sosok yang lekat dengan perubahan, bukan status quo. Apalagi, hasil survei berbagai lembaga menunjukkan tingginya elektabilitas kedua sosok ini, terutama ketika dipasangkan. Kita kan harus realistis dan rasional. Mau menang, cari yang terbaik," kata Herzaky dalam keterangannya, Sabtu (7/1/2023).
Advertisement
Meski demikian, untuk Deklarasi, masih dalam proses pembahasan dengan parpol di koalisi perubahan.
"Kita cari formula yang paling memungkinkan untuk menang.Apakah deklarasi koalisi dulu, atau sekaligus dengan capres, ataukah dengan cawapres-nya juga. Semua mesti kami bahas dan pertimbangkan dulu secara detail," jelas Herzaky.
Menurut dia, ada kondisi-kondisi berbeda di Pemilu 2024 dibandingkan 2019, yang perlu disesuaikan.
"Pas Pilpres 2019, waktu kampanye sangat panjang. Hampir 8 bulan. Jadi, kalau capres-cawapres ditentukan dan diumumkan si saat-saat terakhir, masih ada waktu kira-kira 8 bulan untuk sosialisasi. Kalau di 2024, waktu kampanye hanya 75 hari. Sangat singkat," ungkap Herzaky.
"Jadi, kalau dulu di Pilpres 2019 baru last minute diumumkan, nama capres dan cawapres bisa jadi element of surprise. Nah, kalau sekarang, di Pilpres 2024, bisa jadi malah gol bunuh diri namanya," sambungnya
Â
Sebuah video lawas berisikan momen di mana Presiden Joko Widodo mengabsen trio Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali mengemuka dan viral di media sosial Instagram.
Waktu Terbatas
Menurut dia, waktu terbatas untuk sosialisasi sosok capres-cawapresnya.
"Belum sempat konsolidasi, sosialisasi, belum banyak dikenal publik di berbagai pelosok negeri, belum sempat naik elektabilitas sebagai pasangan, tahu-tahu sudah selesai waktu kampanye, tahu-tahu sudah masuk hari penghitungan suara," jelas Herzaky.
Dia menegaskan, Indonesia ini sangat luas, bnukan seperti Jakarta yang jarak tempuhnya sejauh-jauhnya 2-3 jam saja, dan akses informasinya terbilang cepat dan luas.
"Perlu sosialisasi intens dengan seluruh rakyat Indonesia. Nanti kalau sebelum waktu kampanye kita sudah keliling-keliling, dibilangnya tidak etis pula, meskipun kita tidak pakai uang rakyat seperti pejabat aktif yang sibuk keliling Indonesia layaknya kampanye padahal dibiayai negara," pungkasnya.
Advertisement